Selasa, 06 Maret 2012

Maafkan Bapak,Ti... (Bagian 2)

Sebelum menuju sekolahku, aku terlebih dahulu mengantarkan adik-adikku ke sekolah mereka, baru kemudian menuju  sekolahku.

Ketika kakiku  baru saja memasuki ruang kelas, Nina satu-satunya sahabat terbaikku menghampiriku,…
“Ati, td Pak Rus mencarimu. Katanya ada hal penting yang mau dikatakan. “ kata Nina dengan wajah serius.

Aku yang masih kelelahan karena habis berjalan jauh , langsung kaget dan ketakutan. Karena aku pikir Pak Rus memanggilku karena terkait dengan tunggakan uang sekolahku. Tapi, aku juga bingung, guru yang mengurus keuangan dan uang sekolah serta yang biasa memanggil aku biasanya Ibu Santi karena beliau adalah bendahara di sekolah ku, tapi kok sekarang malah pak Rus.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menuju ruang guru untuk menemui pak Rus. Aku takut, makin lama aku baru menemuinya maka makin besar kemarahannya padaku.

“Assalammu’alaikum…”kataku ketika memasuki ruang guru.

“Wa’alaikumsalam…cari siapa Fatimah?”  Seorang guru matematika bertanya padaku.

“Eh…sa..saya mencari  pak Rus, pak” Jawabku dengan gugup.

“Oooo…pak Rus. Pak Rus, mejanya di pojok sebelah kiri sana.” Kata beliau sambil menunjuk meja pak Rus.

“Terima kasih, Pak” 

“Iya, sama-sama.” 

Aku langsung mengarah ke meja yang ditunjuk oleh guru matematika tadi, dan ternyata di meja tersebut pak Rus sedang memeriksa beberapa kertas tugas dari murid-murid kelas 1.

“ Assalammu’alaikum pak…”Sapaku.

“Wa’alaikumsalam…eh Fatimah, silahkan duduk” Jawab pak Rus dengan senyumnya yang ramah.

“Eh i..iya pak” kataku kembali gugup.

“Begini ti, tadi pagi bapak  mendapat kiriman surat pemberitahuan dari Dinas Pendidikan dan Olahraga. Di surat itu, dikatakan bahwa kamu mendapat juara 1 lomba menulis cerpen remaja dalam rangka hari Sumpah Pemuda yang kemarin kamu kirim ke mereka.”  Kata pak Rus dengan senyumnya.

“Be..benar pak???” kataku tidak percaya.

Cerpen itu aku kirim sudah lebih dari 2 bulan yang lalu, aku tidak terlalu berharap bisa menang diperlombaan itu, karena aku tahu bahwa perlombaan itu tingkat provinsi dan tentu saja pesaingnya dari seluruh sekolah di provinsiku. 



“Benar  ti, dan kamu diminta datang ke dinas tersebut besok pagi untuk mengikuti acara peringatan sumpah pemuda sekaligus pemberian penghargaan dan hadiah dari Gubernur.” Lanjutnya, sambil meyakinkanku yang masih kaget dengan berita ini.


“ Eh..i..iya pak… te..terima kasih pak atas pemberitahuannya.”

“Besok kamu berangkat ke sana bersama-sama dengan teman-teman kamu yang lain yang juga diundang ke acara tersebut. Kalian berangkat dari sekolah dengan menggunakan bis sekolah.”

“Iya pak, Insya Allah saya ikut pak” Jawabku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Kalau gitu, saya permisi dulu pak. Sebentar lagi bel berbunyi pak.” Kataku sambil bangkit dati kursi di depan pak Rus.

“Eh iya, sebelum kamu pergi ada 1 lagi yang mau saya sampaikan. Pesan dari bu Sinta, tunggakan uang sekolah kamu, boleh kamu bayar setelah mendapat hadiah dari lomba cerpen tersebut” Kata pak Rus yang juga mulai mempersiapkan diri untuk mulai mengajar.

“Oh iya pak, Terima kasih banyak. Saya permisi dulu… Assalammu’alaikum pak” kataku yang sudah tidak bisa menahan air mata ku.

“Wa’alaikumsalam…”Jawab pak Rus.

Aku berjalan menuju kelasku dengan perasaan senang, lega karena merasa terbebas dari beban yang beberapa hari ini menghimpit ku. Sudah tidak sabar rasanya aku ingin menyampaikan kabar baik ini ke bapak.

Bel sekolah tepat berbunyi ketika aku sudah berada di depan ruang kelasku. Jadi aku tidak perlu bersusah payah menjelaskan ke teman-teman yang bertanya kenapa aku dipanggil ke ruang guru. Biar saja mereka berpikir aku dipanggil lagi karena tunggakan uang sekolahku, aku tidak peduli, aku lagi senang dan tidak mau kesenanganku terusik karena sikap mereka.

Bersambung...

2 komentar:

  1. Ok2...sip. Ni mw ngepost lanjutannya. Ntar klo udh baca ampe akhir kasih komen ya kurangya dmn? Msh dlm rangka bljr utk buat buku ni..hehe

    BalasHapus