“ Pak, besok batas terakhir bayar uang sekolah pak” kataku, sambil memijat kaki bapak yang sedang duduk bersandar kesebuah dinding.
“Iya ti” hanya itu kata yang keluar dari mulut bapak.
Aku tahu sekarang kondisi keuangan keluarga sedang buruk, bahkan untuk makan 3 kali sehari saja sulit, apalagi untuk membayar uang sekolahku yang sudah menumpuk sekian bulan. Namun, jika besok tidak dibayar maka aku tidak bisa mengikuti ujian kenaikan kelas.
“Kalau besok gak dibayar, Ati gak bisa ikut ujian Pak!” Kataku hampir menangis.
“Berdo’a aja ya ti, Allah itu Maha Kaya “ Jawab Bapak.
Aku hanya bisa mengangguk dan melanjutkan pijatan ku pada kaki bapak. Aku gak tega kalau terus memaksa bapak, karena bapak sudah bekerja keras banting tulang tiap hari untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga.
Bapakku bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibuku hanya seorang penjual kue keliling. Selain aku yang sekarang sedang duduk di bangku SMA kelas 2, masih ada 4 orang adik ku lagi yang juga membutuhkan biaya untuk sekolah.
Walaupun pendapatan keluargaku pas-pasan bahkan minim, tapi bapakku tetap berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya. Karena kata beliau,
“Seseorang itu dilihat bukan karena ketampanan, kecantikan, atau kekayaannya ti. Tapi, karena ilmu yang dia miliki.” Dan kalimat inilah yang selalu menjadi motivasi ku untuk tetap sekolah, walaupun setiap hari aku dikucilkan di sekolah karena keadaan keluargaku yang serba kekurangan.
Untuk membantu pemasukan keluarga, aku biasanya selalu rajin mengikuti lomba-lomba. Baik itu lomba karya tulis ilmiah, lomba olimpiade, lomba menulis, bahkan sampai lomba memasak pun aku ikuti. Namun, beberapa bulan ini aku selalu gagal memenangkan lomba-lomba yang ada. Mungkin karena aku yang kurang siap atau mungkin pesaingku yang memang lebih kuat.
Pagi ini pagi pertama di pekan ini, bapak seperti biasa berangkat menuju tempat dia bekerja. Namun, sebelum berangkat bapak berkata padaku,
“ Ti, do’ain bapak ya…mudah-mudahan hari ini ada rezeki buat kamu sehingga uang sekolah kamu bisa kita lunasi dan kamu bisa mengikuti ujian seperti teman-teman yang lain”
‘Iya pak” jawabku.
“Belajar yang tekun ya, ingat pesan bapak!” kata Bapakku dengan senyuman nya yang khas sambil memegang kepalaku dan adik-adikku.
“Iya pak”jawab kami serempak.
Setelah bapak berangkat kerja, aku dan adik-adikku pun bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Namun, ada sedikit ketakutan di hatiku. Aku takut hari ini dimarahi guru lagi karena belum bisa melunasi uang sekolah. Tapi, dengan dorongan dari ibu dan kata-kata bapak tadi aku kuatkan hatiku untuk berangkat ke sekolah.
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar