Senin, 16 April 2012

Allah tahu posisi yang tepat buat kita.

Subhanallah....
Hari ahad kemarin saya mendapatkan banyak pelajaran.
Dari pagi sudah dihadapkan dengan berbagai macam soal-soal logika dan bahasa yang bukan bahasa ibu saya. Sampai malam berada di tempat yang baru pertama kali saya datangi.

Kenapa postingan kali ini saya buat judulnya "Allah tahu posisi yang tepat buat kita."? karena kemarin saya merasakan memang seperti inilah posisi yang tepat untuk saya.

Biasanya pada saat ujian masuk UI saya berperan sebagai pengawas, tapi kemarin saya berperan sebagai orang yang diawasi, ya itulah, Allah mau membuat saya pernah menjalankan kedua peran tersebut sehingga bisa mengetahui situasi pada saat diawasi dan mengawasi.

Siangnya saya mengunjungi seorang saudari, teman seperjuangan saya di matematika. Dia baru saja melahirkan seorang putri cantik, mujahidah Islam, calon bidadari surga yang diberi nama Aniqoh lulu'ah maghfuzoh (mudah-mudah benar pengucapan dan tulisannya). Saat melihat dia, subhanallah dia begitu keibuan saat mengendong dan merawat anaknya. Melihat diri dia yang sekarang, saya merasa jauh tertinggal darinya padahal usia kami hanya terpaut tiga bulan (lebih tua saya 3 bulan). Tapi ya itu, Allah tau posisi apa yang tepat buat dia, dan posisi apa yang tepat buat saya.

Allah tahu, saya belum ditempatkan di posisi itu karena masih banyak yang harus saya siapkan, masih banyak yang harus saya lakukan dan masih banyak yang harus saya perbaiki.

Kemudian, dari rumah teman saya itu saya langsung menuju rumah seorang murid saya di NF, rumahnya di salah satu perumahan di depok yang sebelumnya belum pernah saya datangi. Awalnya tidak ada niat untuk menginap di sana, tapi karena melihat dia yang semangat belajar untuk UN saya akhirnya memutuskan menginap.

Ketika masuk pertama kali ke rumahnya saya bertemu dengan papa nya, 2 orang adiknya (kelas 2 SD dan TK), bibinya, supirnya dan satu orang bapak yang saya tidak tahu beliau siapa. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, saya belum juga melihat mamanya, sambil istirahat belajar saya memberanikan diri untuk bertanya.

Saya (S): "mama kamu mana?"
Murid (M) :"Udah gak ada." (dengan santainya).
Jujur, saya sangat kaget.
S : " Sejak kapan?"
M : "2 tahun yang lalu, tahun 2010."
S : "Karena apa?"
M : "Kecelakaan di bogor."

Saya benar-benar sedih mendengarnya, di umur yang begitu muda dia sudah ditinggal oleh ibu yang telah melahirkannya. Ditambah dengan 2 orang adiknya yang masih kecil.

S: "Kamu gak apa-apa?"
M: "Enggak, udah biasa."
S:" Adik kamu pernah nanyain?"
M :"Enggak, gak pernah."

Hanya sampai disitu pertanyaan saya terkait mamanya, sepertinya dia malas untuk mengingat-ingat kejadian itu kembali.

Ya Allah, saya sempat berpikir jika kejadian itu menimpa saya apakah saya sekuat itu?

Allah tahu, siapa yang dia uji? dan ujian seperti apa yang cocok dengan orang tersebut. Iya, mungkin murid saya itu berada di tengah-tengah keluarga menengah ke atas, dia tidak kurang satu apapun dalam hal materi, tapi dia harus mengalami kehilangan salah satu orang tua diusia yang masih belia. Di belahan dunia lain, mungkin seseorang hidup dengan keluarga yang lengkap namun kekurangan dalam hal materi. mereka harus kerja keras membanting tulang agar bisa makan dan sekolah.

Ya itulah kehidupan, kita telah ditempatkan di posisi yang terbaik oleh Allah SWT buat kita. Dia tidak akan pernah salah menempatkan kita, kita saja yang selalu menyalahkan keadaan, tidak pernah bersyukur atas apa yang kita punya.

Ayo, mulai dari sekarang syukurilah apa yang telah Allah berikan buat kita. Jangan liat apa yang tidak kita punya, tapi lihatlah apa yang kita punya. Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar