Jumat, 14 Maret 2014

Surat untuk RIAU

Riau....
Apa kabar dirimu di sana?
Kudengar dirimu sedang berkabut dengan begitu tebalnya.
Apa yang terjadi padamu?
Ku pikir dirimu sedang mengeluarkan segala kekesalanmu kepada kami, yang begitu serakah ingin mengamabil semua kekayaanmu.

Riau...
Dulu, ketika temanku bertanya tentang asalku...
dan kemudian kujawab namamu,
Tidak ada yang mengenal dimana letakmu.
Sekarang, hampir semua orang mengenal namamu,
dimana-mana semua orang sedang membicarakanmu.
Seharusnya aku senang, mereka semua sekarang mengenalmu.
Tapi, tahukah kamu aku begitu sedih sekarang…

Dirimu dikenal dengan kabutmu,
Dirimu dikenal dengan kebakaran hutanmu,
Dirimu dikenal dengan udaramu yang “BERBAHAYA”
Bahkan sekarang Dirimu dikatakan sebagai daerah yang tak layak huni.

Riau….
Seperti apapun yang mereka katakan..
Aku tetap merindukanmu
Aku tetap ingin kembali menginjak tanahmu secepatnya
Aku tetap bangga kepadamu,
Dan aku tetap masih ingin menjadi penghuni tetapmu.

Riauku..
Seharusnya mereka mengenalmu.
Karena prestasimu,
Karena keramahan penghunimu
karena Indahnya kotamu.
Dan karena kekayaanmu.
Mereka seharusnya tahu bahwa engkau begitu kaya,
“minyak di bawah dan di atas” itulah sebutanmu.
Mereka seharusnya tahu bahwa engkau kota “BERTUAH”
Yang artinya kota yang beruntung, bermanfaat dan memberikan banyak kebahagian.
Mereka seharusnya tahu bahwa engkau begitu subur, dengan tanahmu yang gambut.
Dan mereka seharusnya tahu bahwa“melayu” mu lah yang dikenal sebagai jatidiri Indonesia di luar sana.
Namun, ternyata bukan begitu adanya.

Riauku,
Di sini aku merasakan sejuk dan segarnya suasana hujan dengan segala keberkahannya…
Sedangkan Di sana keluargaku, saudara-saudaraku, dan seluruh penghunimu harus menghirup udara beracun dengan pengharapan dan kepasrahan hujan akan turun secepatnya.
Aku dan kami semua saudara sebangsamu berdo’a untukmu,
Agar dirimu kembali menunjukkan keindahanmu.
Agar dirimu kembali memberikan udara yang segar kepada seluruh penghunimu,
Agar dirimu kembali menjadi provinsi yang dikenal dengan kekayaannya.
Dan kembali gagah dengan "LANCANG KUNING"mu.

TAKKAN MELAYU HILANG DIBUMI.












2 komentar: